Bagaimanakah “wujud” niat itu?
Niat adalah
sebuah energi, jika sudah dinyalakan maka ia akan menggerakan seluruh anggota
tubuh. Semakin besar energi dari niat itu semakin kuat ia menggerakkan tubuh
kita. Namun jika hilang energi niat itu maka hilang juga gerak tubuh kita untuk
mencapai tujuan.
Niat itu adanya
didalam hati, sesuatu yang tidak nampak, namun jika ia sudah menjadi
pengucapan, maka ia akan menggerakkan seluruh anggota tubuh yang nampak oleh
mata.
Niat adalah
sebuah cahaya lampu, jika ia sudah dinyalakan, maka ia akan menerangi seluruh
alam pikiran yang gelap, yang mengubah pancaran kusam wajah kita menjadi penuh
cahaya keyakinan, yang membuat kita menemukan ide-ide cemerlang.
Niat adalah
sebuah mata air, yang akan mengaliri jiwa-jiwa kita yang kering karena rasa
malas.
Jika kita sudah
menanamkan sebuah niat dalam hati kita untuk mencapai suatu hal, jagalah ia
untuk tetap tumbuh. Ibaratkan sebuah biji, maka ia memerlukan perawatan untuk
bisa menjadi kecambah. Maka dengan menjaga biji niat itu untuk tetap ada dalam
hati kita maka ia akan segera tumbuh menjadi kecambah. Jika sudah menjadi
kecambah, dan terus kita jaga untuk dapat terus tumbuh dengan subur, maka ia
akan segera menjadi sebuah tanaman yang memberi manfaat.
Karena niat itu
kita ibaratkan sebuah biji, kita tahu biji itu kecil, maka niat yang masih
sekecil biji itu belum bisa memberi manfaat kepada kita, belum bisa membuat
kita melakukan apa yang sudah kita niatkan. Maka agar niat itu bisa memberi
manfaat kepada kita, kita harus terus
membesarkan niat itu sampai kita melakukan apa yang sudah kita niatkan. Jika
kita tidak menjaga dan membesarkan biji niat itu, maka ia akan menjadi biji
yang busuk, atau menjadi tanaman kecil yang layu, dan mati. Sehingga kita tidak
jadi memperoleh manfaat dari niat itu.